Rabu, 18 November 2015

BAB I
PENDAHULUAN

       1.    Latar Belakang
Sampah yang didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat, mulai dari sumber  penghasilnya mengalami serangkaian aliran penanganan hingga berakhir di pemrosesan akhir.
Akhir-akhir ini sampah di Kota makassar menjadi masalah yang semakin serius. Bayangkan saja sampah di Kota Daeng ini bertebaran di mana-mana. Bahkan di tempat umum maupun di sepanjang jalan raya sampah bertebaran di mana-mana. Walaupun telah disediakan tempat sampah di hampir seluruh sudut-sudut kota tetapi tetap saja masalah sampah ini belum teratasi. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah sampah di kota ini.
Dalam penanganan masalah persampahan di kota Makassar PEMKOT telah melakukan berbagai cara untuk masalah persampahan ini baik dalam bentuk peraturan ataupun denda tentang masalah persampahan, pemerintah juga terjun langsung ke masyarakat sehingga masyarakat dapat langsung mengelola tentang masalah persampahan di di wilayahnya masing-masing.
2.     Tujuan Penulisan
Untuk  mengetahui lebih mendalam bagaimana kondisi,permasalahan dan solusi persampahan di kota Makassar?
3.     Rumusan Masalah
1.  Faktor-faktor timbulnya masalah persampahan di kota Makassar?
2.  Masalah persampahan di kota Makassar?
3.  Solusi permasalahan sampah di kota Makassar?
BAB II
PEMBAHASAN’

1.      Faktor-Faktor Timbulnya Sampah Di Kota Makassar
A.  status kota Makassar sebagai kota metropolitan yang tidak hanya di Kawasan Indonesia Timur tetapi juga di Kawasan Indonesia keseluruhan mendorong terjadinya arus mobilitasasi penduduk ke Kota Makassar. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk Kota Makassar bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk ini berkorelasi langsung terhadap sampah yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah penduduk suatu daerah maka sampah yang dihasilkan juga semakin banyak. Selain itu, kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari sampah yang dihasilkan. Parahnya lagi, peningkatan penduduk ini tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengendalian sampah “buanglah sampah pada tempatnya”.
B. Kinerja Dinas terkait yang menangani masalah sampah belum maksimal. Ketidakmaksimalan ini menurut penulis disebabkan oleh armada yang masih sangat-sangat terbatas, petugas sampah yang masih minim, dan ketidakseimbangan antara jumlah tempat sampah yang tersedia dan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Kendala ini bisa saja ditaktisi dengan melakukan kerja ekstra. Tetapi masalah yang muncul kemudian sampah yang harusnya dipindahkan dari tempat sampah ke TPA pada malam hari, dikerjakan pada siang hari itu akan berdampak pada masyarakat sendiri. Truk sampah yang beroperasi pada siang hari dapat mengganggu masyarakat sebagai pengguna jalan. Dari segi estetika ini juga tidak elok untuk dikerjakan karena bau tak sedap yang dihasilkan sampah itu dapat menjalar kemana-mana.

2.  Masalah Sampah Di Makassar
A.  Timbulan Sampah Perkotaan di Kota Makassar
Kota Makassar sedang merangkak menjadi kota modern-metropolis di antara jargon-jargon “Water front City”, “Great Expectation”, “Save Our City”, “Makassar untuk Semua”, “Kota Dunia 2025”, dan semacamnya. Jargon-jargon itu sesungguhnya mempertegas bahwa kota Makassar adalah wilayah yang menarik siapa saja untuk datang mengadu keberuntungan. Investor dan kaum urban bertarung di dalam ruang kota yang luasnya hanya 175,77 km. Kenyataan kota yang semakin modern membawa implikasi langsung pada produksi sampah (limbah).
Manusia setiap harinya menghasilkan sampah baik itu sampah organic maupun sampah anorganik. Seiring dengan berkembangnya kota Makassar maka perkembangan penduduk Kota Makassar pun akan semakin meningkat, hal tersebut tentu saja meningkatkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Makassar.Persoalan pengelolaan sampah menjadi rumit, serumit dinamika sosial penduduknya. Akar persoalannya menjadi sistemik, di antara perilku warga, aparat birokrasi, manajemen dan kebijakan pengelolaan sampah. Penumpukan sampah mulai dari selokan, kanal, di TPS sampai ke TPA.
B.    Perubahan Gaya Hidup + Sampah
Globalisasi dan kapitalisasi kota adalah idiologi besar yang dipraktekkan umumnya kelompok menengah dan elit sosial-ekonomi kota. Pandangan hidup elit kota yang justru berpengaruh kuat sekali membentuk ikon kota saat ini. Pasar-pasar modern, produk makanan kemasan dan siap saji, hotel, tempat hiburan, dan kebebasan beriklan di mana saja yang dikuasai elit pemodal besar, telah membentuk gaya hidup orang kota.
Orientasi nilai yang membentuk gaya hidup orang kota adalah “cepat jadi, cepat saji, cepat habis”. Muncul persoalan baru ketika produk kemasan plastik, kaleng, botol mendominasi jenis sampah perkotaan. Bahan kandungan plastik dipakai pada hampir semua produk konsumtif orang kota, dari produk elektronik, kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, peralatan belajar, hingga kemasan makanan dan minuman.
Budaya konsumsi yang serba instan dan boros energi saat ini adalah ciri utama kemajuan ”orang kota”. Siklus hidup konsumtifisme itu berujung pada buangan sampah. Celakanya, jenis sampah yang dibuang konsumen kota itu umumnya adalah sampah an-organik, contohnya plastik. Di Indonesia, khususnya di Makassar sampah paling bermasalah adalah plastik. Kebanyakan sampah berbahan plastik menumpuk, menyebar, memampetkan selokan, bahkan mengotori sungai dan pesisir kota.
C. Timbulan sampah dan Status Kesehatan Masyarakat
Manusia setiap harinya menghasilkan sampah baik itu sampah organic maupun sampah anorganik, sampah juga dapat mengakibatkan terjadinya letusan wabah penyakit, untuk di Kota Makassar sampah adalah masalah yang cukup kompleks dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesehatan ( Abses dari pintu masuknya penyakit berbasis sampah).
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti yang meneliti tentang sampah kejadia penyakit berbasis sampah di Kota Makassar adalah sebagai berikut :
a. Akibat pencemaran yang diakibatkan sampah: 65 %
b. Vector dari sampah: 45 %
D. Pembuangan Limbah Industri  dan TTU Kota Makassar
Berdasarkan hasil pemantauan sementara pembuangan limbah industry dan TTU dari beberapa titik pemantauan dapat dilihat tidak memenuhi syarat dan dapat menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, yang akan berdampak negative pada kelangsungan keseimbangan ekologis contohnya pada lokasi pantai losari.
E.  Minimnya Partisipasi Masyarakat Kota Makassar
Sampah yang menjadi permasalahan di kota Makassar dapat diatasi dengan sikap dan tindakan yang bersahabat dengan sampah, diantaranya partisipasi masyarakat, turut sertanya pihak kelembagaan (swasta) dan pemerintah agar permasalahan persampahan dapat teratasi secara menyeluruh. Namun di kota Makassar minimnya partisipasi masyarakat yang ada sehinnga membuat masalah persampahan  tak kunjung selesai.
Sosialisasi  seringkali  tidak  dibarengi  dengan penyediaan  P/S  yang  memadai (contoh: sosialisasi  memilah  sampah,  namun  tidak disediakan  wadah,  gerobak,  truk, dll  yang mendukung kegiatan tsb)  
3.  Kendala Persampahan di Kota Makassar
A.  Partisipasi Warga
a.  Adanya persepsi/anggapan bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggungjawab pemerintah kota, sehingga mengurangi tanggungjawab diri untuk memelihara kebersihan.
b.  Peran serta masyarakat kurang terarah dan hanya bersifat insidentil, misalnya dalam rangka peringatan atau perayaan tertentu, kedatangan tamu agung, atau instruksi atasan.
c.   Partisipasi warga dalam pengelolaan sampah tidak ditunjang oleh program dan anggaran yang memadai dari dinas kebersihan dan lingkungan hidup. Alokasi anggaran yang ada menceminkan rendahnya komitmen pemkot dalam mendorong keterlibatan warga dalam pemecahan masalah sampah.
d.  Belum ada unit khusus dari pengelola kebersihan kota yang bertanggung-jawab dalam penyusunan dan pelaksanaan program penyuluhan, motivasi peranserta warga, dan mengembangkan model alternatif pengolahan sampah yang bermanfaat secara sosial, ekonomis dan ramah lingkungan.
B. Kinerja Pelayanan Pemerintah
a.  Manajemen Pengangkutan
                    i.    Keterbatasan sarana penampungan sampah dalam pemukiman membuat warga terbiasa membuang sampahnya di sembarang tempat atau di tanah kosong milik perorangan. Ironisnya lagi, tidak banyak warga yang menyediakan tanahnya untuk TPS.
                  ii.    Petugas armada pengangkut sampah lambat mengangkat sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah sementara (bak, kontainer maupun tanah kosong). Akibatnya sampah meluber ke jalan dan menyumbat selokan.
b.  Teknologi Pengolah Sampah Sangat terbatas penggunaan teknologi pengolah sampah untuk tujuan sosial maupun komersial. Padahal sekitar 70% sampah di Makassar adalah sampah organik, yang potensial diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah an-organik membutuhkan teknologi pendaur-ulang untuk mengurangi volumenya. Para pemulung sebenarnya memerlukan mesin pencacah plastik untuk meningkatkan harga jualnya.
c.   Kinerja Pelayanan
                 i.       Masih rendahnya tingkat pelayanan terhadap masyarakat, baik luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan, maupun jumlah sampah yang dapat ditangani.
               ii.       Anggaran pengelolaan sampah yang rendah serta tidak transparannya konsep dan peruntukan retribusi sampah
              iii.       Masih rendahnya upaya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah, baik itu dalam bentuk kontrak kerja sama, dukungan pembiayaan, teknis dan manajemen, maupun bentuk kerja sama lainnya.
C. Investasi dan Teknologi
a.  Langkanya jumlah industri yang menerapkan konsep teknologi bersih dan konsep nirlimbah
b.  Terbatasnya jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang
c.   Rendahnya kepedulian Pelaku Usaha dalam memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan
4.  Solusi Masalah Persampahan di Kota Makassar
Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan kerja sama yang baik dari berbagai instansi/lembaga yang kompeten.  Seperti yang telah dilakukan oleh TNI yang mengadakan bakti sosial tiap tahunnya untuk membersihkan kanal-kanal di Kota Makassar dari sampah-sampah. Dari Pemkot Makassar sendiri selain menambah tempat sampah perlu juga dilakukan sosialisasi “membuang sampah pada tempatnya”. Karena penambahan fasilitas tanpa dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan membuat usaha-usaha yang dilakukan menjadi percuma. Bagi masyarakat sendiri, marilah kita menjaga keindahan kota kita yang tercinta ini dengan membuang sampah pada tempatnya. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. “ORANG CERDAS MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA”.
Di Kota Makassar berdasarkan data yang masuk tahun 2014 pada Sub. Bagian Pengaduan pada Bagian Humas Sekretariat Kota Makassar, total jumlah aduan pada bulan April, sebanyak 133 aduan, enam diantaranya terkait kebersihan. Sedangkan di bulan Mei sebanyak 126 aduan, sembilan diantaranya terkait masalah kebersihan. Pada tanggal 12 Juni pengaduan tentang kebersihan mengalami peningkatan menjadi 13 aduan Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih kurangnya kebersihan lingkungan yang ada di Kota Makassar.
Berdasar dari permasalahan persampahan yang erat kaitannya dengan kesehatan dan sesuai survey dilapangan, maka Walikota Makassar dalam rangka mewujudkan Makassar Green And Clean membuat sebuah kebijakan Makassar Tidak Rantasa (MTR) dengan gerakan “Lihat Sampah Ambil” Sebagai bentuk solusi untuk menangani permasalahan kebersihan yang ada  sehingga mulai di kenalkan kepada masyarakat pada tingkat sekolah sekolah yang ada di Kota Makassar.
Lemahnya peraturan dilihat dari belum jelasnya sanksi yang dikenakan kepada pelaku pembuang sampah sembarang. Selain itu juga Pelaksanaan  Perda  belum  optimal contohnya  Peraturan Daerah Kota Makassar  Nomor 4 Tahun 2011.
Kebijakan penanggulangan kebersihan yang dilaksanakan selama ini seperti melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan dan manfaatnya terhadap kesehatan sebagai langkah antisipatif agar timbulnya penyakit dapat dihindari serta dapat memberikan manfaat terhadap keindahan kota. Namun hal tersebut sepertinya belum maksimal dikarenakan masih banyaknya sampah yang sering dijumpai disekitar kita. Hal tersebut terjadi disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pola hidup sehat.
Perilaku sebagian masyarakat yang sudah terbiasa melakukan pembiaran terhadap pola hidup tidak bersih menjadikan mereka tidak merespon kebijakan-kebijakan terkait dengan kebersihan atau kesehatan yang sudah ada.
Alternatif kebijakan yang kami tawarkan adalah kebijakan tentang pentingnya memelihara kebersihan disertai dengan adanya efek jera kepada masyarakat yang biasanya tidak disiplin untuk lebih sadar dalam penerapan pola hidup sehat.
Apabila ada masyarakat yang kedapatan membuang sampah disembarang tempat akan dikenakan denda hingga Rp. 5.000.000,-baik mereka ditemukan oleh pemerintah (Dinas terkait) ataupun masyarakat biasa. Orang yang menemukan dan melaporkan hal tersebut kepada petugas akan mendapatkan reward berupa uang sebesar seperdua dari total jumlah denda terlapor dan perlindungan dari pemerintah.
Pemberlakuan kebijakan yang demikian menurut kami dapat memberikan efek jera kepada masyarakat untuk mengubah perilaku yang sebelumnya terbiasa dengan pola hidup tidak bersih. Sehingga ekspektasi dari pemberlakuan penambahan kebijakan tersebut dapat memicu terciptannya tatanan Kota Makassar yang indah, rapih, sehat dan jauh dari sumber penyakit.
Tetapi dengan belum meratanya proses sosialisasi Gerakan Lihat Sampah Ambil kepada masyarakat di Kota Makassar, sehingganya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang kebijakan tersebut. Ada beberapa orang yang kami sengaja wawancarai untuk menanyakan apa itu LISA , dari 20 orang yang di wawancarai sekitar 7 orang saja yang mengetahui tentang arti dari LISA tersebut.
Selain itu, beberapa orang yang kami wawancarai tersebut masih belum mengetahui hasil akhir gerakan Lihat Sampah Ambil ini. Mereka tidak mengetahui sampah ini akan di bawa kemana pada saat LISA sudah diterapkan.
kebijakan tersebut harus dibarengi dengan kebijakan-kebijakan lainnya sebagai kebijakan pendukung yaitu :
1.    RT RW perkotaan Kota Makassar
RT RW perkotaan telah mengatur bagaimana tata letak perkotaan, dengan adanaya lajur pertumbuhan Kota yang cukup dasyat sehingganya ruang gerak perkotaan semakin sempit, hal ini yang dapat berdampak pada kemacetan lalu lintas, kemacetan lalu lintas, serta berkurangnya ruang terbuka hijau untuk menangkal polutan yang ada, RT RW yang ada kami menggap belum maksimal berjalan karena kebijakan-kebijakan pembangunan lainnya belum dapat berjalan sebagaimana mestinya
2.    AMDAL
    Amdal adalah suatu rekomdeasi izin lingkungan yang dimana suatu kegiatan yang dapat berdampak lingkungan wajib memiliki AMDAL, fungsi AMDAL adalah untuk melindungi dan melestarikan kelestarian dan keseimbangan ekologi, pengembangan perkotaan tidak terlepas dari AMDAL, kesalahan pengeanlisisan AMDAL akan mempunyai dampak negative secara langsung terhadap keseimbangan ekologi. Untuk kota Makassar ada beberapa lokasi titik pemantauan yang kami observasi terjadi kesalahan yang dimana pembangunan kawasan TTU yang wajib AMDAL tidak mengikuti apa yang tertera di dalam dokumen, seperti pembuangan air limbah langsung di buang ke laut, dll.
3.    Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Prinsip retribusi adalah kesetaraan antara hak dan kewajiban. Pemerintah menyediakan pelayanan dan karena itu, penerima layanan berkewajiban membayar jasa pemerintah. Hanya saja, retribusi bersifat “take and give” (imbal-jasa). Besar-kecilnya imbal jasa yang diterima pemerintah sangat ditentukan oleh tingkat kepuasan pengguna jasa. Sejauh ini pemerintah kota Makassar mengumpulkan retribusi dari pelayanan pengangkutan sampah, pelayanan rumah tangga, tempat hiburan, rumah praktek dokter, apotek, ruko, salon kecantikan, tukang cukur, penjahit, dan bengkel, warung/kedai. Pemasukan Pemkot dari retribusi tersebut tahun 2008 sebesar Rp 1.859.526.000 dari total PAD Rp 2.502.039.000. Sementara total anggaran belanja untuk dinas pengelolaan lingkungan hidup dan keindahan tahun ini sebesar Rp 32.211.681.000. Defisit anggaran Rp 29.709.642.000 ditutupi oleh DAU pemerintah pusat.
Anggaran program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan sebesar Rp 15.135.817.000 dianggarkan dari DAU. Pos anggaran ini bisa dipakai untuk mengukur kinerja pelayanan dinas dalam urusan pengelolaan sampah dalam arti luas, misalnya keseimbangan antara belanja aparat, peralatan dan pemeliharaan dibandingkan dengan belanja program/pelayanan yang langsung dirasakan maupun dimanfaatkan (dikelola) warga kota.
Total anggaran program sebesar Rp 15,1 milyar itu dibelanjakan untuk 4 kegiatan:
(1) penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan sebesar Rp 4.3 milyar; (2) peningkatan operasi dan pemeliharaan Rp 10,3 milyar; (3) pengembangan teknologi pengolahan sampah Rp 0,0; (4) belanja modal pengadaan konstruksi gedung TPA Rp 460 juta.
Jika ditelusuri lebih jauh, hanya 3 sub kegiatan yang langsung berdampak pada pelayanan kepada warga kota, yakni pembersihan saluran/parit; penyapuan dan pengumpulan sampah; pengangkutan sampah dengan total anggaran Rp 7,1 milyar. Di dalam anggaran ini sebenarnya ada komponen pembiayaan (upah/gaji) petugas pembersihan, penyapuan dan pengangkutan sampah. Sementara sub kegiatan pengelolaan sampah yang berbasis warga tidak/belum dianggarkan. Artinya, dari sisi pembelanjaannya, anggaran program Rp 15,1 milyar itu belum memenuhi tingkat kepuasan warga kota. Apalagi jika diuji di tingkat lapangan, dimana banyak sampah yang menumpuk di pemukiman, di pasar, terminal dan di jalanan karena lambannya petugas serta minimnya sarana. Dengan begitu, kinerja pelayanan dinas termasuk rendah atau aparaturnya boros anggaran.
4.    Orientasi Adipura
Kinerja pelayanan dinas kebersihan dan keindahan kota adalah satu faktor penentu sukses tidaknya kota Makassar memperoleh piala Adipura. Masyarakat lepas tangan dari persoalan ini karena usaha meraih adipura lebih kuat keinginan dinas/pemkot dari pada warga kota. Drainase mampat, kanal semakin dangkal dan airnya kotor, tanah kosong jadi tempat sampah, bak penampungan sampah luber dan busuk. Tahun ini pemerintah kota menganggarkan sedikitnya Rp 327 juta untuk membiayai kegiatan berorientasi adipura. Sekitar Rp 287 juta dihabiskan untuk koordinasi, pemantauan, pengendalian, sosialisasi, dan monitoring penilaian adipura/kota sehat. Sebesar Rp 39.325.000 digunakan untuk lomba-lomba kebersihan. Alokasi anggaran seperti ini menunjukkan bahwa program adipura adalah urusan dinas/pemkot kepada pemerintah pusat, yang terpisah dari warganya.
Sudah saatnya orientasi Adipura itu digeser menjadi strategi pemecahan masalah sampah dan pencemaran lingkungan hidup. Prioritas pencapaiannya bukan pada penghargaan adipura, tetapi tingkat partisipasi dan kesadaran warga (komunitas) dalam mengatasi dan mengelola sampah di wilayah masing-masing. Termasuk, bagaimana mendorong aparatur pemerintah kota sungguh-sungguh menata lingkungan dan mengelola sampah di kantor-kantornya.
Selain itu juga haruslah ada kebijakan yang menjamin peran serta warga dalam mengelola persampahan yaitu :
1. Kebijakan yang Menjamin Partisipasi Warga
Program pengelolaan sampah dan lingkungan hidup di kota Makassar masih top-down. Perlunya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Peran-serta ala Pemulung Warga kota yang paling tinggi partisipasinya dalam mengatasi persoalan pengelolaan sampah di Makassar adalah para pemulung. Poylema (2005) membagi 4 kategori pemulung, yakni:
(a) pemulung jalanan yang sanggup mengumpulkan barang bekas rata 13,6 ton sebulan;
(b) pemulung tetap di TPA mengumpulkan barang bekas rata-rata 14,8 ton sebulan;
(c) pemulung musiman mengumpulkan barang bekas rata-rata 8 ton sebulan;
(d) pemulung tidak kentara 1,7 ton sebulan.
Saat ini diperkirakan lebih dari 1.000 pemulung di kota Makassar. Mereka ini sejak pagi hingga malam hari memungut, mengumpul, menyortir, dan menjadikan sampah sebagai sumber penghasilan (pokok). Sepantasnya jika strategi pelibatan warga dalam pengelolaan sampah belajar dari pengalaman para pemulung.





BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a.   Masalah kebersihan lingkungan adalah masalah yang kompleks dan mempunyai pengaruh pada kesehatan masyarakat sehingganya perlu adanya penanganan yang efektif
b.    Kebijakan penanggulangan kebersihan yang dilaksanakan selama ini seperti melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan dan manfaatnya terhadap kesehatan sebagai langkah antisipatif agar timbulnya penyakit dapat dihindari serta dapat memberikan manfaat terhadap keindahan Kota. Namun hal tersebut sepertinya belum maksimal dikarenakan masih banyaknya sampah yang sering dijumpai disekitar kita. Hal tersebut terjadi disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pola hidup sehat.
c.   Kebijakan Lihat sampah ambil belum efektif berjalan, karena masih banyak masyarakat yang masih membuang sampah bukan pada tempatnya dan belum adanya petunjuk tehnis yang jelas mengenai program ini.
d.   Kebijakan Lihat sampah ambil di dukung oleh kebijakan-kebijakan lainnya sebagai pendukung kebijakan yang ada
2. REKOMENDASI
a.   Dari permasalahan peraturan yang masih lemah usulan rekomendasi adalah Penguatan Penegakan hukum/peraturan bidang persampahan , Sosialisasi  dan advokasi  peraturan bidang persampahan ke Pemda dan masyarakat serta pihak terkait.
b.   Dari permasalahan timbulan sampah usulan rekomendasi adalah Peningkatan penanganan sampah di sumber, Peningkatan penerapan 3R, Pemberian  insentif  bagi kelurahan dan kecamatan yang  berhasil  meningkatkan  3R dan  volume  sampah yang ditangani di sumber.
c.   Pemerintah Kota dan SKPD nya serta Dinas terkait harus saling bersinergi dalam mewujudkan tujuan dari kebijakan Lihat Sampah Ambil dengan mulai mengimplementasikan kebijakan tersebut mulai dari diri dan lingkungannya.
d.   Pemerintah Kota dan SKPD nya serta Dinas terkait harus saling bersinergi dalam mensosialisasikan kebijakan ini dan melakukan evaluasi secara berkala.
e.   Kebijakan yang ada harus seiring dengan kebijakan-kebijakan lainnya seperti RT RW perkotaan, serta AMDAL kawasan perkotaan










DAFTAR PUSTAKA
Survey Lapangan


pengertian dan definisi sistem


Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliraninformasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.

Apa itu sistem? Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli:
§  Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
§  Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
§  Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.
§  Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
§  Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang membentuk sebuah sistem, diantaranya:
§  Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia dapat berupa benda fisik, abstrak atau keduanya.
§  Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan objeknya.
§  Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objej yang terdapat dalam sebuah sistem.
§  Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.
§  Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang menjadi motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
§  Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal yang tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa).
§  Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak berguna (limbah)
§  Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi berupa informasi atau laporan, dsb
§  Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem. Batas disini menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga dapat diubah atau dimodifikai sehingga dapat merubah perilaku sistem.
§  Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
Itulah tadi penjelasan singkat mengenai Pengertian dan definisi Sistem, serta Komponen dan Karakteristik Sistem. Bila ada yang ingin menambahi, silahkan dikoreksi. Semoga bermanfaat.






Elemen sistem

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.