Senin, 22 Januari 2018

Latar Belakang Penataan Kota di Nusantara

Latar Belakang Kota di Nusantara

Dalam Penataan Kota moder di Nusantara dilatar belakangi oleh penjajahan yang dilakukan oleh belanda yang berlandaskan akan kepentingan penjajahan semata dn politik kristinisasi. Tujuan utamanya adalah melumpuhkan kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial budaya.   (suryanegara 2016: 222)
Dalam hal ini mengenai tentang penataan ruang yang dibangun oleh para penjajah adalah tujuannya untuk melunasi hutang biaya perang di eropa. Mereka sengaja melakukan sistem tanam paksa terhadap masyarakat pribumi untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya demi membangun negara dan membiayai perang terhadap kerajaan-kerajaan di nusantara.
Dalam tanam paksa ini mereka berhasi mengumpulkan dana mencapai f. 823.000.000 hanya dalam jangka waktu 1831-1877 yakni 46 tahun. Dilakukan dengan menindas petani muslim di pulau jawa. Maka penderitaan yang dialami oleh masyarakat pribumi adalh kelaparan dan penyakit. Sistem tanam paksa adalah para petani dipaksa menjual hasil bumi mereka dengan harga yang murah dan pribumi dipaksa untuk menanam berbagai komunitas ekspor tanpa adanya upah, maka sikap masyarakat pada masa itu adalah malas. Buat apa bertani sedangkan hasil hanya diambil tanpa bayar dan memperkaya para penjajah yang merusak negeri.  
Inilah perbedaan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa eropa yang dilatar belakangi oleh agama. Lain halnya ketika Rasullulah melakukan ekspansi terhapada negeri-negeri sekitarnya beliau menuntus segala macam penindasan dan kebathilan dalam suatu negri. Sebagai contoh saat beliau hijrah ke madina. Beliau dapat langsung mempersatukan kaum anshar dan qurai  yang ikut hijrah  bersama beliau. Sehingga madini bisa menjadi kota yang madani. Mandiri dalam berbagai aspek.
Penataan kota pada masa penjajahan belanda ini dapat dilihat dari:
Residence Hunian Penjajah Belanda.
Tata letak antar gedung dengan yang lainnya dihubungkan dengan jalan-jalan yang keseluruhannya bermuara kepada stasiun kereta api, pelabuhan dan bandara.lainnya halnya pada hunian masyakat pribumi yang terkesan kumuh tidak mempunyain konsep tata kota. Dan tempat pembuangan limbah dari resedince hunian penjajah.
Apakah sekarang kita masih merasakannya. Jawabannya ya jelas bahkan sampai menjadi-jadi. Perumahan perumuhan elit yang berada pada pusat kota yang berisikan para pemakan uang rakyat, dapat kita lihat di pinggirannya terdapat rumah-rumah kumuh yang biar makan pun susah, hanya tinggal dari bekas bekas barang tak bernilai. Inilah salah cermin kota sekarang dan masih terjajah.
Reklamasi yang kian hari semakin digalakkan untuk siapa? Apa masyarakat pribumi mampu membelinya ? tidak, lalu untuk siapa. Untuk mereka para konglomerat yang merampas kesejahteraan rakyat. Inilah tata kota sekarang yang terjajah.
Kerata Api Sebagai Benteng Stesel Penjajah
Keratta api ada umumnya adalah sebagai penggerak ekonnomi. Tapi pada zaman kolonial ini, Fungsi utamanya adalah penunjang mobilitas gerakan operasi serdadu belanda dalam upaya mempersempit ruang gerak para pahlawan ulama dan santri.
Departemen Perang Penjajah Di Bandung.
Dalam hal memperlanjar penjajahan mobilitas kekuasaan maka maka dibentuklah depertemen perang untuk memastikan bandung sebagai kota k2 sesudah batavia sebagai pertahanan militer.  Tujuan dari dibentuknya kawasan ini adalah sebagai operasi serdadu belanda dalam melumpuhkan perlawanan senjata dari pribumi islam di seluruh nusantra indonesia. Dalam hal ini mereka membangun berbagai fasilitas untuk mengembangkan armada militer mereka demi memperlemah perlawanan para ulama dan santri.
Wilayah Hunian Pribumi Muslim
Studi kasus dalm hal ini adalah bandung sebagai kota kedua sesudah batavia sebagai pusat para penjajah. Adanya tanda pemisah antara wilayah hunian pribumi dan penjajah adalah rel kereta api.disisi lain terdapat hunian pribumi yang terkesan kumuh tanpa adanya penataan secara khusus sementra di sisi lain terdapat wilayah yang asri dengan sistem jaringan jalan yang saling terhubung. 
Dalam hal ini dibangun sel penjarah yang menghadap ke wilayah pribumi yang tujuannya adalah menakuti para penduduk pribumi dalam melakukan perlawanan. Bukan hanya itu disisi lain mereka menanam pohon cemara yang dalam keyakinan mereka adalah salah satu pohon yang amat diberkati lainya halnya dalam agama islam itu adalah salah satu pohon yang dimurkai ALLAH SWT.
Dan dibangunnya bioskop dan  Alun alun kota sebagai pasar malam adalah sebagai daya tarik masyarakat pribumi sehingga dapat mempersempit waktu atau bahkan melupakan waktu ibadahnya. Tujuan nya adalah menekan masayarakat dalam hal hubungan dengan sang pencipta. Situasi sakral pada saat ramadhan dibuat mereka tidak berarti lagi. Masayarakat lebihn banyak menghabiskan waktunya di luar daripada di mesjid atauoun langgar. Dengan pembangunan seperti ini maka penjajah dengan mudah merasuki jiwa para pemuda sebagai generaai bangsa, menghilangkan rasa nasonalisme adalah salah satu cara mempangkas perlawanan pribumi.
Sub Area Hunian Dan Sekolah Etnis
Adanya pemisahan antara kelompok pribumi dan penjajah dalam hal wilayah. Pemisahan pemisahan sub ini akan memutus persatuan dan lebih memudahakan penjajaha dalam  penguasaan wilayah. Dan sekolah etnis segaja mereka taroh di tenga tengan kampong dengan tujuan agar sistem pendidkan berubah dan mengikuti kurikulim yang mereka buat, dan ini berhasil
Inilah langkah langkah yang dilalkukan penjajah dalam menguasai kita . dilatar belakangi dari agama maka penjajahan yang mereka lakukan telah sangat berdampak sampai sekaran.
Tata kota yang kita gunakan sekarang adalah masih bersumber dari zaman kolonial sebagai contoh menggunakan pusat kota yang berfasilitasi tempat’ hiburan dan belanja ini masih digunakan sampai sekarang. Tentu kita kita tau bagaiamana dmapaknya sekarang.
Kurikulum yang digunakan masih sama adanya penggelapan sejarah dan memutasi pelajaran’ agama adalah dampak dari kurikulum zaman belanda. Dan ini adalah bagian penjajahan. KITA MASIH DIJAJAH DALAM BERBAGAI ASPEK.
Jadi pada dasarnya penataan ruang dan wilayah di indoensia masih berkaca pada sistem yang dibawah kolonial. Apa kita terjajah? YA JELAS.
Referensi
Ahmad Mansur Suryanagara 2013. Api sejarah 1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar