Latar Belakang Kota di Nusantara
Dalam
Penataan Kota moder di Nusantara dilatar belakangi oleh penjajahan yang
dilakukan oleh belanda yang berlandaskan akan kepentingan penjajahan semata dn
politik kristinisasi. Tujuan utamanya adalah melumpuhkan kekuasaan politik,
ekonomi, dan sosial budaya. (suryanegara 2016: 222)
Dalam
hal ini mengenai tentang penataan ruang yang dibangun oleh para penjajah adalah
tujuannya untuk melunasi hutang biaya perang di eropa. Mereka sengaja melakukan
sistem tanam paksa terhadap masyarakat pribumi untuk mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya demi membangun negara dan membiayai perang terhadap
kerajaan-kerajaan di nusantara.
Dalam
tanam paksa ini mereka berhasi mengumpulkan dana mencapai f. 823.000.000 hanya
dalam jangka waktu 1831-1877 yakni 46 tahun. Dilakukan dengan menindas petani
muslim di pulau jawa. Maka penderitaan yang dialami oleh masyarakat pribumi
adalh kelaparan dan penyakit. Sistem tanam paksa adalah para petani dipaksa
menjual hasil bumi mereka dengan harga yang murah dan pribumi dipaksa untuk
menanam berbagai komunitas ekspor tanpa adanya upah, maka sikap masyarakat pada
masa itu adalah malas. Buat apa bertani sedangkan hasil hanya diambil tanpa
bayar dan memperkaya para penjajah yang merusak negeri.
Inilah
perbedaan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa eropa yang dilatar belakangi oleh
agama. Lain halnya ketika Rasullulah melakukan ekspansi terhapada negeri-negeri
sekitarnya beliau menuntus segala macam penindasan dan kebathilan dalam suatu
negri. Sebagai contoh saat beliau hijrah ke madina. Beliau dapat langsung
mempersatukan kaum anshar dan qurai yang
ikut hijrah bersama beliau. Sehingga madini
bisa menjadi kota yang madani. Mandiri dalam berbagai aspek.
Penataan
kota pada masa penjajahan belanda ini dapat dilihat dari:
Residence Hunian Penjajah Belanda.
Tata
letak antar gedung dengan yang lainnya dihubungkan dengan jalan-jalan yang
keseluruhannya bermuara kepada stasiun kereta api, pelabuhan dan
bandara.lainnya halnya pada hunian masyakat pribumi yang terkesan kumuh tidak
mempunyain konsep tata kota. Dan tempat pembuangan limbah dari resedince hunian
penjajah.
Apakah
sekarang kita masih merasakannya. Jawabannya ya jelas bahkan sampai
menjadi-jadi. Perumahan perumuhan elit yang berada pada pusat kota yang
berisikan para pemakan uang rakyat, dapat kita lihat di pinggirannya terdapat
rumah-rumah kumuh yang biar makan pun susah, hanya tinggal dari bekas bekas
barang tak bernilai. Inilah salah cermin kota sekarang dan masih terjajah.
Reklamasi
yang kian hari semakin digalakkan untuk siapa? Apa masyarakat pribumi mampu
membelinya ? tidak, lalu untuk siapa. Untuk mereka para konglomerat yang
merampas kesejahteraan rakyat. Inilah tata kota sekarang yang terjajah.
Kerata Api Sebagai Benteng Stesel
Penjajah
Keratta
api ada umumnya adalah sebagai penggerak ekonnomi. Tapi pada zaman kolonial
ini, Fungsi utamanya adalah penunjang mobilitas gerakan operasi serdadu belanda
dalam upaya mempersempit ruang gerak para pahlawan ulama dan santri.
Departemen Perang Penjajah Di
Bandung.
Dalam
hal memperlanjar penjajahan mobilitas kekuasaan maka maka dibentuklah
depertemen perang untuk memastikan bandung sebagai kota k2 sesudah batavia sebagai
pertahanan militer. Tujuan dari
dibentuknya kawasan ini adalah sebagai operasi serdadu belanda dalam
melumpuhkan perlawanan senjata dari pribumi islam di seluruh nusantra indonesia.
Dalam hal ini mereka membangun berbagai fasilitas untuk mengembangkan armada
militer mereka demi memperlemah perlawanan para ulama dan santri.
Wilayah Hunian Pribumi Muslim
Studi
kasus dalm hal ini adalah bandung sebagai kota kedua sesudah batavia sebagai
pusat para penjajah. Adanya tanda pemisah antara wilayah hunian pribumi dan penjajah
adalah rel kereta api.disisi lain terdapat hunian pribumi yang terkesan kumuh
tanpa adanya penataan secara khusus sementra di sisi lain terdapat wilayah yang
asri dengan sistem jaringan jalan yang saling terhubung.
Dalam
hal ini dibangun sel penjarah yang menghadap ke wilayah pribumi yang tujuannya
adalah menakuti para penduduk pribumi dalam melakukan perlawanan. Bukan hanya
itu disisi lain mereka menanam pohon cemara yang dalam keyakinan mereka adalah
salah satu pohon yang amat diberkati lainya halnya dalam agama islam itu adalah
salah satu pohon yang dimurkai ALLAH SWT.
Dan
dibangunnya bioskop dan Alun alun kota
sebagai pasar malam adalah sebagai daya tarik masyarakat pribumi sehingga dapat
mempersempit waktu atau bahkan melupakan waktu ibadahnya. Tujuan nya adalah
menekan masayarakat dalam hal hubungan dengan sang pencipta. Situasi sakral
pada saat ramadhan dibuat mereka tidak berarti lagi. Masayarakat lebihn banyak
menghabiskan waktunya di luar daripada di mesjid atauoun langgar. Dengan pembangunan
seperti ini maka penjajah dengan mudah merasuki jiwa para pemuda sebagai
generaai bangsa, menghilangkan rasa nasonalisme adalah salah satu cara
mempangkas perlawanan pribumi.
Sub Area Hunian Dan Sekolah Etnis
Adanya
pemisahan antara kelompok pribumi dan penjajah dalam hal wilayah. Pemisahan pemisahan
sub ini akan memutus persatuan dan lebih memudahakan penjajaha dalam penguasaan wilayah. Dan sekolah etnis segaja
mereka taroh di tenga tengan kampong dengan tujuan agar sistem pendidkan
berubah dan mengikuti kurikulim yang mereka buat, dan ini berhasil
Inilah
langkah langkah yang dilalkukan penjajah dalam menguasai kita . dilatar
belakangi dari agama maka penjajahan yang mereka lakukan telah sangat berdampak
sampai sekaran.
Tata
kota yang kita gunakan sekarang adalah masih bersumber dari zaman kolonial
sebagai contoh menggunakan pusat kota yang berfasilitasi tempat’ hiburan dan
belanja ini masih digunakan sampai sekarang. Tentu kita kita tau bagaiamana
dmapaknya sekarang.
Kurikulum
yang digunakan masih sama adanya penggelapan sejarah dan memutasi pelajaran’
agama adalah dampak dari kurikulum zaman belanda. Dan ini adalah bagian
penjajahan. KITA MASIH DIJAJAH DALAM BERBAGAI ASPEK.
Jadi
pada dasarnya penataan ruang dan wilayah di indoensia masih berkaca pada sistem
yang dibawah kolonial. Apa kita terjajah? YA JELAS.
Referensi
Ahmad
Mansur Suryanagara 2013. Api sejarah 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar